Senin, 13 Mei 2013

Cerita Panas Alya Dan Pak Bejo

Cerita Panas
Cerita Panas Alya Dan Pak Bejo - Pak Bejo mengelus seluruh tubuh Alya tanpa ada perlawanan berarti. Seluruh perasaan dan keinginan Alya untuk melawan hilang ditelan oleh kenikmatan orgasme yang baru saja dirasakannya. Pak Bejo mengecup pantat Alya yang bulat, mulus dan kencang. Beberapa kecupan meninggalkan bekas cupang memerah di pantat Alya. Pak Bejo merenggangkan kedua sisi pantat itu dan mulai menjilat lubang kecil yang berada di tengah, tepat di atas bibir vagina Alya yang masih meneteskan air mani. Lubang anus Alya dibuka sedikit melebar.

Tanpa aba-aba, Pak Bejo mencelupkan jari ke dalam vagina Alya, menciduk cairan cinta yang leleh di dalam lubang kemaluan wanita jelita itu dan mengoleskannya di seluruh anus Alya yang menantang. Pak Bejo melumasi dubur Alya dengan cairan cintanya sendiri, dia berniat menusukkan jari jemarinya ke dalam lubang kecil yang sangat sempit itu.

“Renggangkan kakimu!” bentak Pak Bejo. Alya hanya bisa menurutinya dengan isak tangis yang tertahan, ibu muda yang cantik itu pasrah dan merenggangkan kakinya melebar. Jari jemari Pak Bejo terus melumasi dubur Alya dan masuk ke dalam tanpa mengindahkan rasa sakit yang menyiksa Alya. Wanita cantik itu mengernyit kesakitan. Siksaan Pak Bejo sangat tak tertahankan olehnya. Alya melompat ke depan dan berusaha menggeliat melepaskan diri dari tusukan jari jemari Pak Bejo di anusnya. Tapi Pak Bejo ikut bergerak maju dan menindih tubuh Alya.

Pak Bejo terus memasukkan jari demi jari ke dalam dubur Alya sementara ibu muda itu meronta-ronta kesakitan. Rongga di dalam anus Alya perlahan melebar karena jari yang masuk ke dalam makin lama makin banyak. Alya menjerit-jerit tapi Pak Bejo tetap melaksanakan niatnya. Setelah dirasa cukup melumasi, Pak Bejo menarik jarinya keluar.

“Membungkuk! Ayo cepetan! Lelet amat sih?” maki Pak Bejo. “Naikkan pantatmu tinggi-tinggi! Aku ingin memerawani lubang anusmu!”

Walaupun hatinya menolak, tapi Alya sangat ketakutan. Apa yang harus dilakukannya? Apakah dia harus menyerahkan lubang anusnya pada pria tua yang sangat bejat ini? Tidak ada jalan lain. Alya menurut dan membungkuk. Dia mengangkat pantatnya yang bulat dan mulus tepat di hadapan Pak Bejo. Alya bisa merasakan penis Pak Bejo dieluskan di tengah-tengah pantatnya. Wanita cantik itu melelehkan air mata saat ujung kontol Pak Bejo ditempelkan di bibir anusnya. Pak Bejo memejamkan mata dan menikmati saat-saat terindah hidupnya ini. Sudah saatnya. Dia memeluk tubuh Alya.

“Masukkan ke dalam!” desis Pak Bejo. Dengan tangan bergetar Alya meraih kontol besar pria tua bejat yang sedang memeluknya.

Alya memejamkan mata dan menahan nafas saat Pak Bejo meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya ke belakang. Alya menggunakan perasaannya dan membimbing kontol besar Pak Bejo di bibir duburnya yang sempit dan kecil. Alya bisa merasakan penis yang besar dan tegang seperti sebatang kayu itu melesak ke dalam, ujung gundulnya mendesak masuk ke liang terlarang Alya dan memerawani anusnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Alya mengijinkan seorang lelaki melesakkan penis ke dalam lubang duburnya.

Saat rasa sakit mulai menguasai Alya, wanita cantik itu sadar kontol Pak Bejo tidak akan muat masuk ke dalam anusnya. Tidak akan cukup! Pak Bejo menggeram dan menusuk lubang anus Alya dengan tenaga ekstra.

Alya menjerit. Seandainya ada warga sekitar yang masih terbangun saat itu pasti mereka mendengar jerit kengerian Alya. Ibu muda yang cantik itu menggeliat dengan panik dan berusaha menarik diri dari desakan penis Pak Bejo. Tapi pria tua yang sudah bernafsu itu tidak membiarkannya pergi dan memegang tubuh Alya erat-erat. Alya tidak bisa melepaskan diri dari pelukan Pak Bejo.

“Ampuuuun!! Sakiiiit!! Sakit sekaliiiii!! Terlalu besaaar!! Jangaaan!! Hentikaaan!! Bisa robeeek!!” teriak Alya yang tersiksa. Dia sudah tidak peduli lagi seandainya ada orang yang bisa mendengarkan teriakannya. Ia tak tahan lagi pada rasa sakit yang dideritanya. “Hentikaaaan!! Ampuuuuuuuun!!”

Tapi Pak Bejo tidak mengindahkan teriakan Alya. Dia terus saja mendorong penisnya maju tanpa belas kasihan sambil menarik pinggul indah ibu muda yang molek itu. Pak Bejo melesakkan kemaluannya makin dalam ke dalam lubang mungil yang berada di tengah pantat Alya. Anus Alya belum pernah dilesaki penis sepanjang hidupnya, inilah pertama kali dia merelakan lubang pengeluarannya dijadikan alat pemuas nafsu.

“Dorong ke belakang! Dorong ke belakang!!” suara Pak Bejo terdengar parau. “Goyang bokongmu! Dorong ke belakang! Pasti bisa masuk!”

Alya sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Dia hanya bisa merasakan rasa sakit yang tak tertahankan yang menembus sampai ke tulang sumsum. Rasa nyeri yang ia rasakan membenamkan seluruh kesadaran Alya hingga dia tidak ingat apa-apa lagi. Seakan-akan ada sebatang kayu besar yang ditusukkan ke dalam anusnya.

“Ayo! Dorong ke belakang! Terus! Dorong bokongmu ke belakang!” bentak Pak Bejo dengan penuh emosi, keringat sebesar jagung memenuhi alisnya yang tebal.

Alya mendorong, menggeliatkan badan dan mundur ke belakang. Dengan hati-hati dia mencoba membuka lubang anusnya agar penis Pak Bejo bisa masuk dan memerawani lubang pembuangannya. Alya menjerit-jerit kesakitan tapi Pak Bejo menutup mulutnya dengan tangan, sehingga ibu muda yang cantik itu hanya bisa memendam rasa sakit yang dirasakannya. Alya menggelengkan kepala kesana-kemari dengan panik saat perlahan-lahan batang kemaluan Pak Bejo masuk ke dalam lubang yang sempit itu. Alya terus saja memberontak, tapi eratnya kuncian Pak Bejo membuat istri Hendra itu tidak bisa berbuat banyak. Alya bisa merasakan lubang anusnya yang sempit sobek ketika penis Pak Bejo masuk.

“Hyarrrrgghhh!!” lenguh Alya kesakitan saat pinggul Pak Bejo menghantam pantatnya yang bulat. Bukan hantaman itu yang menyakitkan, melainkan desakan kontol pria tua bejat yang kini tengah menyumpal lubang anusnya. Alya bisa mendengar suara lengkingan Pak Bejo yang sangat bernafsu mengeluarmasukkan penis ke dalam duburnya.

Akhirnya, detik demi detik berlalu dan rasa sakit yang tadinya merajai anus Alya perlahan menghilang. Kini, anus Alya malah terangsang oleh penis Pak Bejo yang masih memenuhi liang pembuangannya. Alya mengatupkan gigi dengan erat sementara kepalanya terombang ambing dari kanan ke kiri. Rambutnya yang sebahu acak-acakan dan menutupi hampir seluruh wajahnya. Alya melenguh keras saat Pak Bejo terus melesakkan penisnya ke dalam anus Alya berulang-ulang, lagi dan lagi dan lagi dan lagi… Alya telah berhasil disodomi Pak Bejo.

Perlahan-lahan kesadaran mulai menyeruak di benak sang ibu muda yang cantik itu. Dia mulai sadar apa yang telah dilakukan Pak Bejo pada dirinya. Alya telah direndahkan derajatnya hingga titik yang paling nista. Wanita yang tadinya alim dan setia itu kini telah terjerembab ke jurang yang paling dasar. Tidak seharusnya wanita semulia Alya mendapatkan perlakuan yang busuk dan cabul seperti yang telah dilakukan Pak Bejo. Pria bejat itu telah memanfaatkan ketidakberdayaan wanita seperti Alya dan rasa malu yang amat sangat membuat istri Hendra itu hanya bisa menangis tersedu-sedu. Rasa bersalah, jijik dan malu silih berganti menaungi kesadaran Alya, namun rasa nikmat yang dirasakan di lubang duburnya membuat ibu muda itu mulai menyukai perlakuan Pak Bejo ini.

Tanpa kekuatan untuk menguasai diri sendiri dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, membuat Alya pasrah dan menyerah pada gairah seksual yang semakin menguasai tubuh dan perasaannya. Alya mulai bergerak menumbuk ke belakang dan menerima kontol Pak Bejo di dalam anusnya. Gerakan mereka berdua mulai seirama, sodokan demi sodokan yang dilancarkan Pak Bejo dibalas oleh gerakan mundur Alya yang menghentak. Penis Pa k Bejo makin lama makin melesak ke dalam. Permainan cinta mereka telah melewati ambang batas yang baru.

Keringat yang menetes deras membuat dahi Pak Bejo basah kuyup, namun pria tua itu memaksakan diri mencapai kenikmatan yang didapatkan terutama karena sempitnya lubang dubur Alya yang terus menerus digenjotnya. Pak Bejo kagum dengan bibir anus Alya yang mungil dan ketat yang meremas-remas penisnya yang keluar masuk dengan cepat. Senyumnya makin melebar saat merasakan kantong kemaluannya menumbuk bibir vagina Alya tiap kali dia menyodokkan kontolnya ke dalam anus wanita jelita itu. Pak Bejo menatap bangga penisnya yang keriput dan gemuk saat batang kemaluannya itu masuk ke dalam celah di antara pantat putih mulus Alya dan lenyap masuk ke dalam lubang anusnya.

Sempitnya lubang anus Alya memang tidak bisa mengalahkan nikmatnya menyetubuhi memek ibu muda yang cantik itu, tapi tiap kali melesakkan kontolnya, seakan Pak Bejo memasukkan penis ke dalam mesin penggiling daging. Perlahan-lahan pria tua itu bisa merasakan makin meningkatnya simpanan sperma yang menggunung dan siap meluncur kapan saja. Alya melenguh, menggila, meronta dan kebingungan. Wajahnya yang cantik memerah dan bola matanya bergerak naik turun seperti sedang kesurupan semetara keringat deras membanjir di seluruh tubuhnya. Alya sedang mengalami pengalaman luar biasa.

Alya mengembik seperti seekor kambing muda di bawah pelukan Pak Bejo. Teriakannya tercekat dan seluruh tubuhnya dipasrahkan kepada lelaki tua yang lebih pantas menjadi ayahnya itu. Alya hanya bisa mengembik dan melenguh penuh nafsu. “Eungh, Pak Bejo! Pak Bejoooo!! Eunghhh!! Ahh! Ahh! Ahh! Ahh!”

Seluruh desahan yang keluar dari bibir merah Alya membuat Pak Bejo Suharso makin bersemangat. Tiap sodokan membawa Pak Bejo selangkah menuju kepuasan seksual yang prima. Pak Bejo menarik penisnya sampai ke ujung dan menikmati pemandangan di bawah pantat Alya. Anus Alya yang elastis dan sempit itu mengerut di ujung gundul kepala penisnya, Pak Bejo sengaja membiarkan ujung gundul itu tertinggal di dalam liang. Dengan satu sodokan yang mantap, Pak Bejo melesakkan lagi seluruh batang pelirnya. Alya mendesah manja karena kenikmatan yang dirasakannya. Pak Bejo menumbuk lagi lubang anusnya dan menarik tubuh indah ibu muda yang cantik itu ke belakang. Berulang-ulang Pak Bejo menyodomi Alya. Sempitnya anus mungil Alya membuat Pak Bejo seakan sedang memerawani memek seorang gadis berusia belasan tahun. Nikmatnya luar biasa.

Pak Bejo membelalakkan mata. Spermanya sudah mulai terkumpul di ujung gundul kepala penisnya dan setiap saat bisa meledak. Tubuh pak tua yang mesum itu tersentak-sentak merasakan kenikmatan luar biasa yang disediakan oleh lubang di pantat Alya. Pria tua itu mendorong penisnya ke dalam sekali lagi, dia juga menarik pantat Alya agar penisnya bisa masuk lebih dalam lagi. Rapatnya anus Alya membuat Pak Bejo merem melek keenakan. Tinggal sekali sentakan lagi, Pak Bejo akan mencapai orgasme.

“Argh! Aku mau keluar! Dorong ke belakang! Dorong pantatmu ke belakang! Lagi! Lagi! Lagi! Argh!!” Pak Bejo berteriak-teriak dan memejamkan mata penuh kenikmatan.

Alya yang berada dalam pelukan Pak Bejo untuk pertama kali sepanjang hidup akhirnya merasakan semprotan cairan sperma yang berwarna putih dan lengket memenuhi lubang anusnya. Semprotan mani Pak Bejo menyiram bagian dalam saluran pembuangan Alya bagaikan banjir besar yang mengantarkan kedua orang yang sedang bercinta itu ke titik klimaks persetubuhan mereka. Klimaks kedua Alya ini membuatnya menjerit lega, ia melepaskan gairahnya ke awang-awang. Alya bisa merasakan air mani Pak Bejo yang membanjiri lubang anusnya menetes ke bawah ke bibir memeknya.

Pak Bejo menggeram dan jatuh sambil memeluk tubuh telanjang Alya, mengunci tubuh indah itu di atas tikar dengan berat badannya sendiri. Pak Bejo melenguh puas. “Hebat! Itu tadi luar biasa! Memekmu memang masih sempit dan enak sekali dientoti, tapi lubang anusmu yang masih perawan itu luar biasa nikmatnya! Lezat! Ha ha ha! Aku puas sekali menjadi orang yang pertama kali memerawani bokong wanita secantik Mbak Alya! Ha ha ha!”

Di bawah tubuh Pak Bejo, sosok indah Alya bergetar karena perasaannya sangat kacau. Nikmat sekaligus menyakitkan. Ibu muda itu bingung dengan perasaannya sendiri. Ya Tuhan, apa yang telah dilakukannya dengan pria hidung belang ini? Dia telah menyerahkan lubang anus yang bahkan belum pernah disentuh oleh suaminya sendiri pada Pak Bejo. Kini tidak ada lagi lubang yang tersisa dari tubuhnya yang belum pernah dilesaki kontol pria tua itu. Isak tangisnya tertahan karena takut pada Pak Bejo.

Perasaan malu dan kotor menyergap Alya. Wajahnya memerah karena dia tidak bisa melawan nafsu bejat tetangganya yang menjijikkan ini. Tubuh Alya bergerak mencoba melepaskan diri, tapi pelukan Pak Bejo terlalu erat.

“Ijinkan aku istirahat, Pak Bejo… aku harus bekerja besok pagi…”

Pak Bejo bersungut-sungut. Tapi pria tua itu melepaskan pelukannya dari tubuh indah Alya. Penisnya mulai mengecil dan ditariknya keluar dari anus Alya. Terdengar bunyi letupan kecil saat kontol Pak Bejo ditarik keluar dari dalam dubur Alya yang menyempit.

Tubuh telanjang kedua sosok manusia berbeda jenis dan bertautan usia hampir 30 tahun itu berpelukan di tengah dinginnya udara malam. Keduanya lemas setelah bersetubuh di pagi ini. Pak Bejo merasa di puncak kebahagiaan karena ia mendapatkan kesempatan meniduri istri Hendra yang muda dan segar ini. Sedangkan bagi Alya, sekali lagi dia merasa malu dan bersalah baik kepada dirinya sendiri maupun pada keluarganya. Inilah dia, seorang istri yang tadinya setia dan alim dalam pelukan seorang laki-laki tua yang hanya menginginkan tubuhnya.

“Sana pulang.” bisik Pak Bejo sambil mengelamuti daun telinga Alya. “Aku puas sekali malam ini. Sayang sekali besok pagi kamu harus masuk ke kantor.”

“Iya, aku harus bekerja besok pagi.”, Alya mendongak dan menatap mata Pak Bejo dalam-dalam. Inilah saatnya menyampaikan isi hatinya. “Pak Bejo, ini tidak bisa diteruskan. Aku istri sah Hendra. Apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang salah dan sangat terkutuk. Ijinkan aku pulang dan melupakan semua ini pernah terjadi. Biarlah yang sudah berlalu kita lupakan. Aku tidak akan melaporkan kepada siapapun tentang perkosaan yang dilakukan Pak Bejo kepadaku, tapi kumohon dengan sangat, Pak. Inilah terakhir kali Pak Bejo menyentuhku.”

“Enak saja! Kapan saja aku pengen, kamu akan aku entoti! Awas, kalau sampai kamu lapor pada orang lain! Kuhajar kamu! Kubunuh anakmu! Tidak usah banyak tingkah! Pulang dan tidur! Besok kita ngentot lagi!” Pak Bejo dengan kasar melempar tubuh Alya yang sudah dinikmatinya ke samping. Bandot tua itu segera mengambil celana dan bajunya lalu memakainya tanpa mempedulikan Alya yang masih telanjang bulat.

Tak lama kemudian, Pak Bejo yang sudah berpakaian kembali meninggalkan ibu muda yang cantik itu sendirian di dalam pos kamling.

Air mata menetes deras di pelupuk mata Alya. Kisahnya masih jauh dari usai.

###

Air hangat yang menyegarkan seluruh badan Alya yang terasa pegal membuatnya rileks. Gelembung sabun yang meletup-letup seakan mengingatkan Alya pada permainan cintanya yang panas dengan tetangganya yang cabul, Pak Bejo. Ketika menyabuni kakinya yang panjang dan jenjang, Alya berusaha keras untuk tidak bermain-main dengan kemaluannya, dia membuang jauh-jauh semua birahi yang setiap saat dikobarkan oleh Pak Bejo. Wanita cantik itu bersungut dan memaki pria tua itu dalam hati, Pak Bejo telah membangkitkan gairah seksual liar di dalam dirinya dan karenanya Alya membenci pria tua itu setengah mati. Alya hanyalah seorang wanita lemah yang dimanfaatkan dan tidak bisa melepaskan diri dari cengkramannya. Alya beruntung karena kehadiran Anissa dan Dodit membuat Pak Bejo sedikit menarik diri karena tidak bisa diam-diam mendekatinya.

“Mandinya enak, manis?” tiba-tiba saja sesosok tubuh yang sangat ia kenal hadir di hadapan Alya tanpa diundang.

“Pak Bejo?!” Alya yang kaget spontan menutup dadanya dan menenggelamkan diri di dalam bak mandi. Hal yang sebenarnya tidak perlu dilakukan karena pria tua itu toh sudah pernah melihatnya telanjang berulang kali.

“Pak Bejo!” teriak Alya lagi ketika Pak Bejo membuka celananya. Batang kemaluannya yang besar dan keras dikeluarkan dari dalam celana dan pria menjijikkan itu kemudian kencing sembarangan. Alya panik namun tidak bisa berbuat apa-apa, bagaimana mungkin laki-laki ini bisa masuk ke kamar mandi pribadinya? Alya yakin sekali dia sudah mengunci pintu kamar, jangan-jangan Pak Bejo sudah menduplikat kunci semua pintu di rumah ini? Ketegangan Alya memuncak karena Hendra belum berangkat kerja dan masih sarapan di belakang bersama Anissa, Dodit dan Opi. Alya tidak tahu di mana Bu Bejo berada, mungkin sedang bersih-bersih. Walaupun marah, pandangan Alya langsung terpatri pada kemaluan Pak Bejo yang memang besar itu.

“Kamu kangen sama kontolku, manis?” Pak Bejo tersenyum meringis.

“Pak Bejo sudah gila? Mas Hendra ada di belakang! Anissa! Dodit! Opi! Bu Bejo! Kalau sampai ketahuan Pak Bejo masuk kemari…”

“Santai saja, Mbak Alya. Suamimu memang masih di belakang dan aku memang tidak berencana lama-lama di sini. Aku hanya mampir untuk memastikan tubuhmu masih seindah beberapa malam yang lalu. Aku kangen sekali sama kamu.” Pak Bejo dengan santai mendekati Alya dan duduk di tepian bak mandi tanpa menaikkan lagi celananya. Dia membiarkan saja kemaluannya tergantung di hadapan Alya.

“Aku ingin mandi tanpa diganggu, Pak. Silahkan meninggalkan kamar mandiku sebelum aku berteriak.”

“Ha ha ha. Beraninya kamu mengancamku, manis. Untung saja hari ini aku sedang tidak mood menamparmu, jadi kamu selamat, tidak perlu kerepotan lagi menyembunyikan lebam di wajahmu dengan bedak. Jangan khawatir, aku tidak akan lama.”

Pak Bejo memiringkan tubuhnya ke dalam bak mandi, tangannya yang kasar menarik leher Alya supaya lebih maju ke depan. Dengan hati-hati Pak Bejo menarik tubuh Alya dan mendekatkan kepala mereka. Bibir Pak Bejo segera mencumbu bibir Alya, lidah pria tua itu tidak kesulitan menyeruak masuk ke dalam rongga mulut Alya. Sambil melenguh lirih, Alya menerima ciuman Pak Bejo dan memejamkan mata. Alya beruntung ciuman itu tidak berlangsung lama, Pak Bejo melepaskan Alya kembali ke dalam bak mandi.

“Pak Bejo sudah gila! Nekat! Bagaimana kalau sampai ada yang tahu Pak Bejo masuk ke kamar mandiku?!”

“Aku sudah bosan main di belakang terus. Aku ingin bisa menidurimu siang malam tanpa khawatir, soalnya tubuhmu yang seksi itu benar-benar membuatku blingsatan tidak bisa tidur.”

“Dasar cabul!”

“Setelah apa yang Mas Hendra dan Mbak Alya lakukan dengan membantu aku dan Bu Bejo sekeluarga, tentunya aku bertekad untuk mengembalikan semua bantuan itu tanpa pamrih pada kalian.”

“Apa maksud Pak Bejo?”

“Tak lama lagi aku pasti bisa menidurimu tiap kali aku mau tanpa harus menunggu suamimu pergi bekerja atau tertidur lelap.” Bisik Pak Bejo mesra di telinga Alya. “Kenikmatan yang kau rasakan akan menjadi seratus persen murni berasal dariku dan memekmu yang lezat itu akan melupakan penis Hendra yang kecil dan tak bisa lepas dari kontolku ini.”

“KELUAR! KELUAR SEKARANG JUGA!” bentak Alya. Dia berusaha keras menahan suara agar tidak ada mendengar keributan di kamar mandi ini. Selain kemarahannya memuncak, ibu muda yang panik itu juga tidak ingin skandalnya dengan pria mesum ini terkuak karena ulahnya yang berengsek dan nekat.

Pak Bejo tertawa-tawa, sambil membenahi celananya dia keluar dengan lagak sombong, dia merasa sudah berhasil menaklukan Alya yang jelita dan diidolakan banyak orang, dia pantas untuk sombong.

Setelah Pak Bejo meninggalkan kamar mandi dan menutup pintu, Alya berulang kali membenamkan kepalanya ke dalam air. “Pria tua mesum itu makin tak terkendali. Nekat sekali dia masuk kemari dan menciumku…” batin Alya.

###

Hendra meninggalkan Anissa dan Dodit yang masih duduk di meja makan sambil menonton TV. Setelah menelpon taksi, Hendra siap berangkat kerja. Sudah beberapa hari ini Hendra tidak mengendarai mobilnya sendiri.

“Bagaimana mobilnya, Mas Hendra? Sudah dibawa ke bengkel yang saya sarankan?” tanya Pak Bejo yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkan Hendra.

Hendra tersenyum, “Wah, sudah Pak. Bengkelnya bagus dan murah. Nanti sore mobil saya sudah jadi, saya ambil sepulang kerja. Terima kasih banyak buat rekomendasinya, Pak Bejo. Kalau tahu dari dulu ada bengkel yang murah seperti itu pasti saya sudah langganan sejak lama.”

“Ah sama-sama, Mas. Saya kan juga sudah sering dibantu Mas Hendra.”

Hendra tersenyum dan masuk ke dalam kamar untuk menemui istrinya.

Pak Bejo menengok ke dalam sejenak kemudian meraih ke dalam saku celana dan mengambil telpon genggamnya. Dia mulai mengetikkan sms dan mengirimnya ke sebuah nomor.

- Bgmn psnku td? Kalian sdh sabot mobil si Hndr? Truk si Somad sdh siap? -

Tak lama kemudian, balasan sms itu datang, Pak Bejo terkekeh membaca pesan singkat yang masuk ke hpnya.

- Semua sdh diatur. Brs bos. -

###

Alya sedang memandangi dirinya sendiri di dalam cermin ketika suaminya masuk ke dalam kamar, ia terkejut dan bersiap karena mengira yang masuk adalah Pak Bejo. Wanita cantik itu langsung menghembuskan nafas lega begitu tahu yang masuk adalah suaminya.

“Kamu selalu cantik, sayang. Tidak perlu berkaca terlalu lama.” Kata Hendra sambil mendekap tubuh istrinya dengan mesra.

Alya tersenyum manis dan membiarkan kehangatan penuh cinta yang diberikan suaminya memberikan kedamaian setelah tadi sempat tegang dikejutkan Pak Bejo. Tangan Hendra yang nakal membelai tubuh istrinya yang masih mengenakan kimono. Dengan hati-hati sekali Hendra membuka bagian atas kimono itu dan membelai payudara Alya. Puting susu Alya menonjol ke depan dan dimainkan Hendra dengan lembut.

Alya mendesah penuh kenikmatan. “Aku menyukai sentuhanmu.”

Hendra memeluk istrinya erat-erat. “Aku sangat mencintaimu.”

“Aku lebih mencintaimu daripada kau mencintai aku, mas.”

Hendra mengecup bibir istrinya dengan lembut, tidak ada kekasaran yang dirasakan oleh Alya, hanya usapan bibir penuh cinta yang sangat didambanya. Sayangnya Hendra tidak tahu kalau bibir yang sama juga baru saja dinikmati oleh tetangganya yang cabul.

“Sudah mau berangkat kerja, Mas?”

“Aku sudah telpon taksi tadi.”

“Opi?”

“Diantar Bu Bejo. Kamu berangkat siang?”

“Iya. Katanya Anis sama Dodit mau jalan-jalan ke mall, aku mau numpang.”

“Ya udah kalau begitu, tadinya aku kira kamu mau dianter Pak Bejo pakai motor.”

Nama itu bagaikan kilat yang menyambar batin Alya. Tiap kali Hendra menyebut nama pemerkosanya, seluruh tubuh Alya terasa lemas tak berdaya. Batinnya menjerit-jerit namun tidak ada kata-kata yang terucap. Maafkan aku, Mas. Maafkan istrimu yang telah membiarkan diri dinodai oleh tetangga yang kurang ajar itu. Maafkan istrimu yang tidak mampu menjaga diri. Banyak yang ingin terucap, tapi bibir Alya tetap terkatup rapat.

“Nanti pulangnya jangan malam-malam ya, Mas.”

“Memangnya kenapa? Mungkin agak sore, aku ambil mobil dulu di bengkel.”

Alya menggelayut manja di pelukan sang suami. “Sudah beberapa hari ini kita tidak bercinta, aku kangen sekali sama kamu.”

Hendra tertawa dan mencium bibir Alya sekali lagi. “Gampang, nanti bisa diatur.”

Terdengar bunyi klakson taksi.

“Taksinya udah datang, aku berangkat dulu ya, sayang.”

“Iya, mas. Hati-hati.”

Hendra meninggalkan istrinya dan membuka pintu kamar lalu melangkah keluar. Belum sampai satu menit, Hendra kembali lagi ke kamar dengan keringat bercucuran.

“Mas? Kamu kenapa?” Alya terkejut melihat suaminya dan mengambil sapu tangan, dengan hati-hati diusapnya keringat Hendra. “Kamu sakit?”

“Nggak tau nih, nggak sakit kok, hanya saja perasaanku tiba-tiba tidak enak.”

Alya mulai khawatir. “Kamu yakin tidak apa-apa? Aku telpon ke kantor saja ya, minta ijin?”

Hendra tersenyum dan mencium dahi Alya. “Aku tidak apa-apa kok, sayang. Bener. Apapun yang terjadi, aku selalu mencintai kamu.”

“Aku juga, mas.”

“Aku berangkat ya.”

“Iya, mas.”

Perasaan Alya tidak enak.



Alya terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Dia baru sadar ternyata dia tertidur di depan televisi sepanjang malam, suara telepon di tengah malam mengejutkannya. Alya tidak menyukai suara telpon yang berdering di tengah malam. Suara dering telpon yang terus berbunyi mengingatkannya pada kejadian bersama Pak Bejo beberapa malam yang lalu dan itu terus menghantuinya. Masih belum terlalu malam, jam sebelas lebih sedikit, Hendra belum pulang dan Opi sudah terlelap. Anissa dan Dodit juga belum pulang, mungkin mereka masih jalan-jalan ke kota.

Alya berharap telpon itu bukan datang dari Pak Bejo. Dengan berat hati diangkatnya gagang telpon dan ditempelkannya ke telinga.

“Halo…”

Suara seorang wanita kemudian bertanya. “Selamat malam. Apa benar ini rumah Bapak Hendra Wibisono?”

Jantung Alya berdegup kencang. “Benar.”

“Dengan siapa saya bicara?”

Makin berdebar. “Saya Alya, istrinya. Maaf, ini siapa?”

“Ibu Alya, kami dari Rumah Sakit ***** hendak memberitahukan kalau malam ini Pak Hendra Wibisono mengalami kecelakaan, mobil yang dikendarai beliau bertabrakan dengan sebuah truk di jalan *****. Keadaan Pak Hendra cukup parah dan membutuhkan perawatan medis yang serius. Sampai saat ini beliau belum sadarkan diri dan kami membutuhkan kehadiran ibu segera.”

Dunia Alya berputar dan semua berubah menjadi gelap.

“Halo? Halo? Ibu Alya? Ibu masih di sana?”

Ruang Dokter Wibowo menjad  
boking cewek smu bispak  17 tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar